Rabu, 03 Juni 2009

PANITIA RENOVASI GEREJA KATOLIK HATI YESUS YANG MAHA KUDUS KOTA METRO

Penasihat : Pastor Paroki Metro
Penanggung Jawab : Dewan Stasi Metro
Ketua : St. Sardoyono
Wakil Ketua : Ir. Antonius Dwidjono
Sekretaris I : Aloisius Samidi, S.P.
Sekretaris II : Andreas Adiatmoko
Tim Bendahara : 1. Ir. F. Laniwati
2. Ir. D.M. Hening Tedja
3. F.X. Tjen Kian

Koordinator Bidang Usaha Dana : Rossina Tanjung Kemala, S.E.
Anggota : 1. M. David Julianto
2. Slamet Tanjung Kemala
3. Melyana, S.E.
4. Drs. A.D. Resmiana
5. C. Lestari, S.Pd.
6. Hernani

Koordinator Bidang Pelaksana Teknis : Sendyanto, B.Sc
Anggota : 1. Ir. Sudarto
2. Agustinus Sobel Tan.
3. Ir. Bambang Muchliat
4. dr. Edy Sanjaya
5. Ir. Hendro Widarto
6. Ir. Hendrik
7. Robertus Akhiong

Koordinator Bidang Sosial dan Advokasi : Ir. Agus Supriyanto
Anggota : 1. Drs. Y. Warsito
2. Panca Kesuma, S.H
3. Jose Sarmento, S.I.P
4. Drs. Alexander Priyatmoko


Koordinator Pengawas Keuangan (Auditor) : Drs. M. Menrad Murjini
Anggota : F.X. Andri Yatmo

Tim Sosialisasi : Anggota Dewan Stasi Metro dan para ketua kring.

SANTUNAN ORANG SAKIT (SOS) STASI METRO

A. Latar Belakang

Di tengah kondisi perekonomian yang sulit dewasa ini, ada sebagian umat Katolik Stasi Metro yang kondisi keluarganya masih berkekurangan sehingga merasakan beratya menanggung beban hidup. Beban tersebut akan terasa lebih berat lagi bila ada anggota keluarga yang menderita sakit dan harus dirawat inap (opname) di rumah sakit/balai pengobatan.
Meskipun saat ini pemerintah mengeluarkan program Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat) yang memungkinkan adanya pengobatan gratis bagi masyarakat miskin, pada kenyataannya program ini sering tidak tepat sasaran dan masih ada masyarakat yang membutuhkan tetapi malah tidak terlayani. Kalapun masyarakat miskin mendapatkan pengobatan gratis, apabila kondisi penyakitnya mengharuskan dirawat inap (opname) di rumah sakit/balai pengobatan, hal itu tetap terasa berat. Adanya anggota keluarga yang opname berarti pengeluaran akan meningkat untuk keperluan penunggu pasien, transportasi, obat/vitamin tambahan dsb. Belum lagi misalnya, jika yang menderita sakit adalah tulang punggung keluarga atau pencari nafkah dalam keluarga. Ini berari pendapatan keluarga akan menurun sementara kebutuhan meningkat.
Tanggal 3 April 2008 telah disahkan Anggaran Dasar PENGURUS GEREJA DAN PAPA MISKIN (PGPM) ROMA KATOLIK PAROKI HATI YESUS YANG MAHA KUDUS yang berkedudukan di KOTA METRO melalui Akta Notaris Nomor 22 oleh Dwi Hartiningsih, SH, notaris di Sleman. Mengacu pada Pasal 5 ayat 3 Akta Notaris tersebut, Gereja, di samping bermaksud melaksanakan karya-karya kerasulan suci, melaksanakan pula karya amal kasih, terutama terhadap mereka yang kekurangan. Maksud mulia tersebut tentu harus diwujudkan dalam tindakan nyata sehingga tidak hanya menjadi retorika belaka.
Harus diakui, selama ini perhatian Gereja terhadap mereka yang kurang mampu, masih kurang. Sebagai upaya untuk mewujudkan kepedulian, perhatian dan keberpihakan kepada mereka yang miskin dan menderita, pada tahun 2008 Dewan Stasi Metro telah merintis Aksi Natal dengan cara menggalang dana yang berasal dari umat Katolik Stasi Metro yang terbagi ke dalam 25 kring dan 5 wilayah. Rencananya Aksi Natal akan dilakukan terus setiap tahun sehingga di masa mendatang, akan terkumpul dana yang cukup untuk pelayanan pastoral di bidang sosial Dewan Stasi Metro dalam bentuk pengembangan ekonomi, santunan orang sakit/meninggal dunia, bantuan pendidikan dan sebagainya. Tentunya dana yang terkumpul harus dikelola dengan baik, jujur, bijaksana dan transparan sehingga dapat berkembang sesuai dengan tujuan dan di kelak kemudian hari tidak timbul persoalan yang tidak perlu.
Mengingat terbatasnya dana yang ada saat ini, program sosial yang dipandang mendesak dan paling mungkin untuk dilaksanakan adalah pemberian santunan bagi umat yang kurang mampu dan menderita sakit serta dirawat inap (opname) di rumah sakit/balai pengobatan. Program ini dinamai Program Santunan Orang Sakit (SOS) Stasi Metro. Diharapkan, program ini dapat menjadi semacam ’oase di tengah gurun pasir’, salah satu wujud kepedulian, perhatian dan keberpihakan Gereja terhadap mereka yang miskin dan menderita. Mengingat dana yang ada masih terbatas serta memperhatikan perlunya pengembangan kegiatan ini di masa mendatang, maka dibuatlah ketentuan dan persyaratan sebagaimana tertuang berikut ini.


B. Tujuan

SOS bertujuan untuk membantu meringankan beban umat Katolik Stasi Metro yang secara ekonomi masih kekurangan (miskin) dan menderita sakit serta dirawat inap (opname) di rumah sakit/balai pengobatan.


C. Sumber Dana

Dana SOS bersumber dari persembahan umat Katolik Stasi Metro melalui Amplop Aksi Natal. Aksi tersebut mulai dilakukan pada Perayaan Natal 2008 dengan jumlah dana yang terkumpul sebesar Rp 25.380.500 ( Dua puluh lima juta tiga ratus delapan puluh ribu lima ratus rupiah). Rencananya Aksi Natal akan dilakukan terus setiap tahun sehingga di masa yang akan datang, Stasi Metro memiliki dana yang cukup untuk pelayanan pastoral di bidang sosial seperti misalnya pengembangan sosial ekonomi umat, bantuan orang sakit/meninggal dunia, bantuan pendidikan/seminari, dsb.

D. Pengelolaan Dana

Pengelolaan Dana Aksi Natal yang terkumpul dilakukan oleh Seksi Sosial Dewan Stasi Metro dengan ketentuan:
1. 20% dari dana yang terkumpul akan disalurkan sebagai dana santunan orang sakit (SOS)
2. 80% dari dana yang terkumpul akan disimpan/ditabung sebagai dana abadi untuk pengembangan sosial-ekonomi umat di masa mendatang.


E. Syarat Penerimaan

1. SOS hanya dapat diberikan kepada anggota keluarga Katolik Stasi Metro (suami, isteri, ayah, ibu, atau anak) yang kurang mampu dan menderita sakit serta dirawat inap (opname) di rumah sakit/balai pengobatan.
2. Batasan kurang mampu sebagaimana poin 1 di atas adalah:
a. Rata-rata pendapatan kotor keluarga maksimal Rp 1.000.000,- per bulan.
b. Luas kepemilikan lahan garapan (sawah, kebun, ladang) maksimal 0,25 hektar
c. Tidak memiliki aset berharga dan/atau yang dapat disamakan dengan barang mewah.
d. Kondisi kurang mampu bukan dikarenakan pola hidup yang boros atau bergaya hidup mewah.
3. Calon penerima SOS dinilai layak bantu oleh Seksi Sosial Dewan Stasi Metro.


F. Cara Pengajuan SOS

1. Anggota keluarga (suami, isteri, ayah, ibu, atau anak) dari yang menderita sakit mengajukan permohonan SOS secara tertulis kepada Ketua Dewan Stasi Metro c.q. Seksi Sosial dan diketahui oleh ketua kring dan/atau ketua wilayah tempat yang bersangkutan tinggal.
2. Surat permohonan dilampiri surat keterangan rawat inap (opname) dari rumah sakit/balai pengobatan yang merawat dengan mencantumkan lamanya perawatan.
3. SOS akan diberikan sebesar Rp 50.000,- per hari perawatan (opname) dengan batas maksimal 10 hari perawatan berturut-turut tanpa berselang (Rp 500,000,-).
4. SOS hanya diberikan sekali dalam 1 tahun untuk satu keluarga. Keluarga yang sama tersebut hanya dapat menerima lagi SOS pada tahun berikutnya.
5. SOS berhenti disalurkan apabila dana sebagaimana poin C.1. di atas telah habis pada tahun yang berjalan. SOS dapat disalurkan lagi sesudah pengumpulan Aksi Natal pada tahun berikutnya.
6. Prioritas akan diberikan kepada yang paling dulu mengajukan permohonan.


G. Penutup

Program Santunan Orang Sakit (SOS) Stasi Metro ini merupakan bagian dari pelayanan pastoral Dewan Stasi Metro di bidang sosial kepada umat. Ke depan, diharapkan pelayanan pastoral di bidang sosial tersebut dapat berkembang melalui program pengembangan sosial ekonomi umat maupun bantuan pendidikan. Segala perkembangan yang ada tentunya akan menyebabkan adanya penyesuaian-penyesuaian sejauh diperlukan terhadap ketentuan dan persyaratan sebagaimana tersebut di atas.


Metro, 1 Mei 2009
Pada Pesta St. Yusuf, Pekerja

Minggu, 29 Maret 2009

YESUS TELAH BANGKIT

Paskah yang kita rayakan semstinya membawa kegembiraan dan keceriaan kepada kita. Orang yang tekah mengalami kebangkitan akan merasa kebahagiaan dalam bidupnya. Ia pun diliputi dengan kegembiraan karena imannya memampukannyamenghadapi hidup dengan tenangda dengan pandangan yang lebih jelas. Orang-orang yang belum bangkit adalah orang-orang yang masih berada dalam kegelapan, tidak dapat melhat hidupnya dengan jelas.

Orang-orang yang belum bangkit adalah orang-orang yang masih berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat hidupnya dengan jelas. Bacaan pada hari Paskah kali ini mengajak kita untuk bertanya pada diri sendiri: “Apakah aku sudah bangkit?"( Yoh 20:1-9 ).

Perikop yang dibacakan pada Hari Raya Paskah kali ini mengkisahkan dua kunjungan. Kunjungan oleh Maria Magdalena, kunjungan ini singkat saja. Maria hanya melihat keadaan luar, yakni bahwa batu diambil dari kubur, dan berkesimnpulan bahwa jenazah Yesus telah diambil orang. Lalu ia menyampaikan kesimpulan itu pada simon Petrus dan murid yang lain.

Kunjungan yang kedua ( dua murid ) yang berlari mendahuylui yang lain melihat bahwa kubur telah kosong, di lihat dari luar.

Petrus langsung masuk ke kubur, klimaknya terjadi setelah di dalam kubur setelah mereka melihat keadaan kain. Simon Petrus tidak mempunyai reaksi apa-apa, sementara murid yang lain itu setelah melihat hal yang sama menjadi percaya.

Maria Magdalena.

Injil hari ini berbicara tentang tiga tokoh. Maria Magdsalena, Petrus dan murid yang lain. Ketiga tokoh ini seklaigus mewakili tiga kelas/kelompok orang Kristen.

Maria Madalena mewakili rang-orang Kristen yang terus menerus bersedih, Petrus mewakili orang Kristen yang penuh ketakutan. Sedangkan murid yang lain itu mewakili orang-orang Kristen yang telah bangkit.

Bacaan diawali dengan sebuah keterangan waktu, yaitu “ketika masih gelap” (ay 1). Keadaan gelap ini sebaiknya dipahami sebagai suatu symbol bahwa Maria dilingkupi kegelapan tentang apa yang terjadi pada yesus.

Belum timbul kepercayaan akan Kevbangkitan Yesus. Keadaan kubur uamh batu penutupnya telah terguling membingungkan Maria.

Kita mengenali Maria Magdalena sebagai seorang yang sangat mengasihi Yesus.

Dia inilah yang pertama kali sampai di kubur-Nya. Namun, kesedihan dan air mata akibat kematian Yesus membuat Maria Magdalena tidak dapat melihat Yesus.

Keaadaan kubur Yesus menjadi sumber keputusasaan. Janji tentang kebangkitan tidak diingat sama sekali oleh Maria. Ia malah beranggapan nahwa Jenazah Yesus teah dicuri orang, hanya karena melihat bahwa batu penutup kubur sudah terguling. Kesedihan Maria begitu dahsyat. Setelah Yesus disalib, sekarang ia bahkan tidak dapat lagi melihat jenazahnya.

Beberapa dari kita seperti Maria Magdalena,menjadi orang Kristen yang terus menerus bersedih. Kegagalan, beban, dan kesedihan membutakan kita untuk mrlihat lebih dalam.

Kita terus menyaahkan diri atas suatu kesalahan atau kegagalan, terpenjara oleh masa lalu kita . jaslan untuk maju tidak lagi kita lihat.

Simon Petrus.

Dalam Injil Yohanes, kita dapart melihat bahwa Petrus memiliki sifat yang terus menerus berubah. Panggilannya pun turut berubah-ubah sesuai dengan sifatnya itu.Namanya sebelum bertemu Yesus “Simon” Nama itu kemudian diubah oleh Yesus denganmemanggilnya “kefas” atau “Petrus’ yang beraryti “batu karang” Ketika ia tidak percaya atau ragu-ragu, ia adalah “Simon”., Ketika ia tampil sebagai seorang murid yang beriman sejati, panggilan “Petrus” digunakan.

Bagitu juga kali ini, nama Petrus dan Simon Petrus digunakan secara bergantian. Ketika masih berada dalam ketakutan lkarena kematian Yesus, ia disebut sebagai Simon Petrus ( ketika menerma berita dari Maria Magdalena) Panggilan itu tyba-tiba berubah menjadi Petrus ketika ia dengan berani meninggalkan rumah tenpat persembunyian mereka dan lari dari kubur.

Namun, ia adalah Simon Petrus (Lagi) ketika ia masuk ke dalam kubur dan tidak ada terjadi apa-apa padanya.

Kadang kita seperti Simon Petrus, yang dengan penuh semangat berjanji akan mengikuti kehendak Allah, bahkan rela menyerahkan nyawa. Namun,ketika berhadapan dengan badai yang membuat segalanya terlihat sukit dan berat, kita mundur dan menjadi ragu.

Murid yang lain :

Ketia Maria Magdalena memberitakan kabar bahwa jenazah Yesus dicuri, Petrus dan murid yang lain bersama-sama berklari menuju kubur yesus.

Murid yang lain itu (Yohanes anak Zebedeus ) lebih muda dan lebih cepat, sehingga ia lebih dulu sampai di kubur.

Namun, ia menunggu di luar sampai Simon Petrus datang, Murid yang lain ini adalah murd “yang dikasihi Tuhan”. Ia datang ke kuburan karena dorongan kash kepada Guru Nya itu. Sikapnya ini menunjukkan bahwa kasih tidak memberi ruang pada kompetisi. Ia rela menunggu yang lain, dan tidak kawatirt orag lain mendahuluinya. Kekuatan kasih itulah membuatnya menjadi percaya.

Ketika masuk ke gua, ia melihat hal yang sama dengan Simon Petrus: “Kain kafan terletak di tanah” dan “kain peluh ……… terlipat sendiri ditempat yang lain”.

Pencuri tak akan melipat kain yang ditinggalkannya. Mereka bahkan tak akan melepaskan dahulu kain-kain itu, merapikannya, dan membawa jenazah dalam keadaan telanjang. Keterangan ini tidajk hanya berhubungan dengan murid yang lain itu, tetapi terlebih memiliki peran apologetic menghadapi pendapat orang-orang aman itu, bahwa Yesus memang dicuri.

Murid yang ;ain memperlihatkan kepacda kita kekuatan kasih. Kasih adalah penerjemah yang baik. Kasih dapat melihat hal yang indah dalam kain yang terlipat dan dalam kubur yang kosong. Kasih memampukan orang melihat harapan dalam segala hal. Kasih dapat mencapai kebenaran yang tidak dapat dicapai oleh akal manusia.

Amanat.

Perbandingan sifat tiga tokoh dalam Injil hari ini tidak dimaksudkan untuk mempertentangkan mereka bertia, apalagi untuk mempertentangkan jabatan Petrus dan man Yohanes. Pada dasarnya, mereka berdua saling berdampingan dengan kekuatannya masing-masing.

Keterangan bahwa kubur kosong membawa orang pada kesimpulan bahwa Yesus telah bangkit. Sebaliknya, keterangan itu dapat membawa kesedihan, kegelisahan, dan salah sangka. Namun, semuanya itu mesti dibuang jauh.

Petrus dan murid yang lain itu memberi kmesaksian kepada kita bahwa jenazah Yesus tdak dicuri. Letak kain-kain yang dipakai untuk membungkus jenazah Yesus dapartr membuat kta yakin akan hal itu. Namun, itu pun belum cukup Simon petrus tidak sampai pada kepercayaan bahwa Yesus telah bangkit. Ia belum disadarkan oleh Kitab Suci bahwa Yesus harus bengkit dari kematian.

Kita yang sekarang ini merayakan kebangkitan Tuhan tidak melihat kubur kosong, tidak melihat kain-kain, dan juga tidak mengalami penampakan Yesus, sebagaimana dialami oleh murid-murid Yesus.

Yang dapat membantu kita untuk tetap percaya, selain kesaksian para murid yang kita warisi dalam Kitab Suci, adalah hubungan kasih dengan Tuhan. Kasih akan Tuhan itu akan membantu kita melihat atau mermbaca dan merenungkan kesakisn-kesaksian para murid tentang Yesus yang bangkit. Kasih juga akan menumbuhkan, memperkokoh, dan menjaga kepercayaan kepada Tuhan yang hidup.

Seorang filsuf pernah berkata,”Hati memiliki pertimbangan sendiri, yang tidak dapat dimengerti oleh akal budi.”

Kebangkitan Tuhan yang kita rayakan hari ini membawa suatu pesan utama : Kasihmemampukan kita melihat jauh lebih mendalam, lebih dari kemampuan akal budi.

…………….Pendalaman KS/LBI.